Notification

×

Iklan

Iklan

Masjid Masy'aril Haram ; Sekali Buka dalam satu tahun

Jumat, 20 Juni 2025 | Juni 20, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-21T01:43:54Z

Foto masjid 

Masjid Masy'aril Haram (bahasa Arab: المسجد الحرام المشعر) adalah salah satu masjid bersejarah yang terletak di kawasan Muzdalifah, antara Arafah dan Mina, di Arab Saudi. Masjid ini dikenal juga sebagai Masjid Muzdalifah karena lokasinya. Meskipun seringkali disalahpahami sebagai Masjidil Haram yang berada di Makkah, Masjid Masy'aril Haram memiliki sejarah dan peran yang spesifik, terutama dalam ritual ibadah haji.

Lokasi dan Deskripsi

Masjid Masy'aril Haram terletak di tengah Muzdalifah, sebuah padang lapang yang membentang antara Arafah di sebelah timur dan Mina di sebelah barat. Jaraknya sekitar 7 km dari Masjid Namirah di Arafah dan sekitar 5 km dari Masjid Al-Khayf di Mina.

Pada awalnya, area ini adalah padang pasir terbuka. Masjid yang diperkirakan dibangun setelah tahun 300 Hijriah ini, telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Kini, Masjid Masy'aril Haram adalah bangunan yang megah dan mampu menampung puluhan ribu jemaah. Meskipun demikian, jemaah haji tidak diwajibkan untuk bermalam di dalam masjid ini, mengingat kapasitasnya yang tidak mungkin menampung seluruh jemaah dari seluruh dunia. Area Muzdalifah secara keseluruhan dianggap sebagai Masy'aril Haram.

Sejarah dan Peran dalam Haji

Masjid Masy'aril Haram memiliki signifikansi historis yang besar karena menjadi tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ pernah salat dan berzikir saat melaksanakan Haji Wada (Haji Perpisahan).

Dalil Al-Quran dan Hadis

Keberadaan Masy'aril Haram disebutkan dalam Al-Qur'an, yang menegaskan pentingnya tempat ini dalam rangkaian ibadah haji:

Al-Qur'an Surah Al-Baqarah Ayat 198:

فَإِذَا أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِن كُنتُم مِّن قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ

“Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.”

Ayat ini secara eksplisit memerintahkan jemaah haji untuk berzikir di Masy'aril Haram setelah bertolak dari Arafah.

Dalam praktik haji, mabit (bermalam) di Muzdalifah adalah salah satu wajib haji. Setelah wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, jemaah haji bergerak menuju Muzdalifah pada malam harinya. Aktivitas utama yang dilakukan di Muzdalifah meliputi:

 * Salat Maghrib dan Isya': Jemaah menjama' (menggabungkan) salat Maghrib dan Isya' di waktu Isya' begitu tiba di Muzdalifah.

 * Mabit (Bermalam): Bermalam di Muzdalifah hingga tengah malam atau menjelang Subuh. Ini adalah bentuk ketaatan terhadap perintah Allah dan sunah Nabi Muhammad ﷺ.

 * Berzikir dan Berdoa: Malam di Muzdalifah adalah waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak zikir, membaca Al-Qur'an, berdoa, dan memohon ampunan.

 * Mengumpulkan Kerikil: Di Muzdalifah, jemaah juga mengumpulkan batu-batu kecil yang akan digunakan untuk melontar jumrah di Mina keesokan harinya.

Hadis Nabi Muhammad ﷺ juga menjelaskan praktik beliau di Muzdalifah:

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, tentang haji Nabi ﷺ, beliau bersabda:

“Kemudian beliau naik unta Qaswa meneruskan perjalanan sampai ke Masy'aril Haram. Sampai di sana beliau menghadap ke kiblat, berdoa, bertakbir, bertahlil dan membaca kalimat tauhid. Beliau terus berada di atas untanya hingga keadaan sudah terang, lalu berangkat sebelum matahari terbit…” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad ﷺ menghabiskan waktu di Masy'aril Haram dengan beribadah dan berzikir hingga waktu fajar.

Makna dan Spiritualitas

Mabit di Muzdalifah, di mana Masjid Masy'aril Haram berada, mengajarkan jemaah haji tentang kesederhanaan, persatuan, dan ketawakal. Tanpa fasilitas mewah, semua jemaah beristirahat di tempat yang sama, beralaskan bumi dan beratapkan langit, mengingatkan akan hakikat kehidupan yang fana dan pentingnya berserah diri kepada Allah. Ini adalah momen refleksi dan persiapan mental serta spiritual untuk fase ibadah haji selanjutnya, yaitu melontar jumrah yang melambangkan perlawanan terhadap godaan setan.

Rujukan

 * QS. Al-Baqarah: 198

 * HR. Muslim

 * Abdul Ghani, Dr. Muhammad Ilyas. Sejarah Makkah Dulu dan Masa Kini.

 * Referensi lain dari berbagai situs keislaman dan buku-buku manasik haji.

#MasjidMasyarilHaram #Muzdalifah #Haji #IbadahHaji #Makkah #TempatBersejarah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update