Notification

×

Iklan

Iklan

Mata Air Zubaidah: Simbol Kedermawanan dan Kemajuan Peradaban Islam

Jumat, 20 Juni 2025 | Juni 20, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-21T11:36:07Z


Foto Air Zubaidah Zaman Dahulu

Air Zubaidah merujuk pada sebuah proyek infrastruktur air yang monumental, dibangun pada masa Kekhalifahan Abbasiyah atas inisiatif dan pendanaan Permaisuri Zubaidah binti Ja'far, istri dari Khalifah Harun ar-Rasyid (berkuasa 786-809 M). Proyek ini bertujuan utama untuk menyediakan pasokan air bersih yang memadai bagi para jamaah haji dan penduduk Mekah, yang pada masa itu sering kali mengalami kesulitan air, terutama saat musim haji.


Latar Belakang

Pada abad ke-8 Masehi, Mekah, sebagai pusat ibadah haji, menghadapi tantangan serius dalam penyediaan air. Ribuan jamaah yang datang setiap tahun sering kali menderita kehausan dan kesulitan akibat terbatasnya sumber air. Permaisuri Zubaidah, yang dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan dan memiliki kepedulian tinggi terhadap umat, menyaksikan langsung penderitaan ini saat menunaikan ibadah haji. Hatinya tergerak untuk mencari solusi atas masalah krusial tersebut.


Pembangunan Saluran Air

Dengan kekayaan dan pengaruhnya yang besar, Zubaidah mengumpulkan para insinyur dan pekerja terbaik dari seluruh kekhalifahan untuk merancang dan membangun sistem saluran air yang kompleks. Proyek ini bukan hanya sekadar penggalian sumur, melainkan pembangunan jaringan pipa dan saluran air yang membentang jarak puluhan kilometer, menembus pegunungan tandus dan padang pasir dari sumber mata air di Lembah Nu'man (sebelah timur Mekah) hingga ke Tanah Haram, bahkan mencakup Arafah, Muzdalifah, dan Masy'aril Haram.

Menurut beberapa riwayat sejarah, biaya yang dikeluarkan untuk proyek ini sangat fantastis, konon setara dengan ribuan kilogram emas. Ketika bendaharanya mengeluhkan besarnya biaya, Zubaidah menjawab dengan tegas, "Kerjakanlah! Walaupun harus membuat kapak dengan dinar." Ini menunjukkan betapa besar tekad dan pengorbanan Zubaidah demi kemaslahatan umat.

Proyek ini juga mencakup pembangunan sumur-sumur, kolam-kolam penampungan, dan bahkan bendungan di sepanjang jalur air tersebut, yang kemudian dikenal sebagai "Darb Zubaidah" (Jalur Zubaidah), jalur yang memudahkan jamaah haji dari Kufah ke Mekah.


Dampak dan Keberlanjutan

Keberadaan Air Zubaidah membawa dampak revolusioner. Kekurangan air di Mekah dan sekitarnya dapat teratasi secara signifikan, menyelamatkan banyak nyawa jamaah haji dari kehausan dan penyakit. Air ini tidak hanya digunakan untuk minum, tetapi juga untuk keperluan sehari-hari penduduk dan ibadah. Hingga kini, peninggalan saluran air Zubaidah masih dapat disaksikan dan terus memberi manfaat.

Kisah Air Zubaidah menjadi teladan nyata tentang kedermawanan dan pengabdian dalam Islam, menunjukkan bagaimana harta dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemaslahatan umum dan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir.


Dalil Al-Qur'an dan Hadis

Amal jariyah seperti sedekah air memiliki kedudukan mulia dalam Islam, sebagaimana termaktub dalam beberapa dalil:

Dalil Al-Qur'an:

Allah SWT berfirman:

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: 195)

Juga dalam konteks air sebagai sumber kehidupan:

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

"Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al-Anbiya': 30)

Hadis:

Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan sedekah air. Salah satu hadis yang sangat terkenal adalah:

عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ أَفَأَتَصَدَّقُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قُلْتُ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ سَقْيُ الْمَاءِ

Dari Sa'ad bin Ubadah ia berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal. Bolehkah aku bersedekah atas namanya?' Beliau menjawab, 'Ya.' Aku bertanya lagi, 'Lalu sedekah apa yang paling afdal?' Beliau menjawab, 'Memberi minum air.'" (HR. An-Nasa'i, hadis ini dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih An-Nasa'i).

Hadis lain menegaskan keutamaan sedekah air:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ سَقْيُ الْمَاءِ

"Sebaik-baik sedekah adalah mengalirkan (menyediakan) air." (HR. Ibnu Majah)

Rujukan

 * Imam Ibnu Jauzi, Shifatush Shafwah.

 * Sejarah Islam oleh para ahli sejarah terkemuka.

 * NarasiPost.Com. "Mata Air Zubaidah." (Diakses Juli 2022)

 * HaiBunda. "Putri Zubaidah binti Jafar, Berjasa Perbaiki Sumur Zamzam & Aliran Air ke Mekkah." (Diakses April 2020)

 * Republika.id. "Zubaidah Binti Ja'far Bebaskan Jamaah Haji dari Kekeringan." (Diakses November 2019)

 * Rumah Zakat. "Ternyata Wakaf Air Zubaidah Memberi Manfaat Besar bagi Para Jamaah Haji." (Diakses Desember 2019)

 * MUI Sulsel. "Susuri Arafah, KH Syamsul Bahri Ulas Sejarah Mata Air Zubaidah." (Diakses Juni 2023)

#AirZubaidah #PermaisuriZubaidah #KhalifahHarunArRasyid #KekhalifahanAbbasiyah #SejarahIslam #Mekah #Haji #AmalJariyah #SedekahAir #SumurZubaidah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update