Notification

×

Iklan

Iklan

Muzdalifah: Persinggahan Suci Sebelum Puncak Haji

Kamis, 05 Juni 2025 | Juni 05, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-06-05T08:58:48Z

Muzdalifah adalah salah satu tempat paling penting dalam rangkaian ibadah haji, yang sering disebut sebagai "persinggahan suci". Ia adalah lembah terbuka yang terletak di antara Mina dan Arafah, menjadi titik transit krusial bagi jamaah haji setelah mereka melaksanakan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah. Kehadiran di Muzdalifah ini bukan sekadar lewat, melainkan memiliki aturan dan hikmahnya sendiri yang telah difatwakan oleh Darl Ifta Mesir.

Memahami "Mabit" di Muzdalifah: Aturan dan Fleksibilitasnya

Setelah matahari terbenam pada tanggal 9 Zulhijjah, jutaan jamaah haji akan berbondong-bondong menuju Muzdalifah. Ini adalah momen yang penuh spiritualitas, di mana para jamaah mengumpulkan batu kerikil untuk melontar jumrah esok harinya. Namun, lebih dari sekadar mengumpulkan batu, inti dari persinggahan di Muzdalifah adalah "mabit" (bermalam).

Menurut Darl Ifta Mesir, disunnahkan bagi jamaah untuk melaksanakan shalat Maghrib dan Isya secara jamak ta'khir (digabung dan diakhirkan) di Muzdalifah, diikuti dengan shalat Subuh. Setelah itu, mereka dianjurkan untuk berdiam diri, berdoa dan berzikir hingga menjelang matahari terbit pada tanggal 10 Zulhijjah. Ini adalah waktu yang sangat baik untuk bermunajat kepada Allah SWT, mengingat kembali perjalanan spiritual yang telah dilalui, dan memohon keberkahan untuk tahapan haji berikutnya.

Bagaimana jika seseorang tidak bisa berdiam diri hingga Subuh?

Fatwa Darl Ifta memberikan kelonggaran yang penting, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi fisik lemah atau tidak mampu berdesak-desakan. Mabit di Muzdalifah dianggap sah jika seseorang berdiam diri di sana dalam waktu yang cukup untuk menurunkan barang bawaan, melaksanakan shalat Maghrib dan Isya, atau setidaknya berada di Muzdalifah hingga setelah tengah malam.

Fleksibilitas ini sangat membantu, terutama bagi lansia, anak-anak, atau mereka yang sedang sakit. Jika seseorang telah berada di Muzdalifah setelah tengah malam, dia diperbolehkan untuk langsung berangkat menuju Mina untuk melempar jumrah Aqabah. Bahkan, dia juga bisa langsung menuju Makkah untuk melaksanakan tawaf Ifadah dan sa'i, meskipun itu masih sebelum fajar.

Perbedaan Pandangan Waktu Tawaf Ifadah

Meskipun ada kelonggaran dalam waktu keberangkatan dari Muzdalifah, penting untuk memahami perbedaan pandangan antar mazhab mengenai waktu paling awal untuk melaksanakan tawaf Ifadah:

 * Mazhab Syafi'i dan Hanbali: Mereka berpendapat bahwa waktu paling awal yang sah untuk tawaf Ifadah adalah setelah tengah malam pada malam Idul Adha (malam tanggal 10 Zulhijjah). Ini berarti, jika seseorang berangkat dari Muzdalifah setelah tengah malam dan langsung menuju Makkah, tawafnya sah menurut pandangan ini.

 * Mazhab Hanafi dan Maliki: Kedua mazhab ini sepakat bahwa waktu paling awal untuk tawaf Ifadah adalah setelah terbit fajar kedua pada hari Idul Adha (tanggal 10 Zulhijjah). Menurut mereka, tawaf yang dilakukan sebelum fajar tidak sah.

Perbedaan pandangan ini menunjukkan kekayaan interpretasi dalam fikih Islam, memberikan pilihan bagi jamaah untuk mengikuti mazhab yang sesuai dengan keyakinan atau kondisi mereka. Namun, demi kehati-hatian, banyak jamaah memilih untuk menunggu hingga fajar sebelum melaksanakan tawaf Ifadah jika memungkinkan.

Muzdalifah adalah persinggahan yang penuh makna, tempat di mana jamaah mengumpulkan kekuatan spiritual dan fisik sebelum melanjutkan ke puncak-puncak ibadah haji berikutnya. Memahami aturan dan kelonggaran yang ada, seperti yang difatwakan oleh Darl Ifta Mesir, akan membantu jamaah menjalankan ibadah dengan lebih tenang dan optimal.

Teks Asli Fatwa Darl Ifta Mesir:

أعمالُ الحجّ في يوم التاسع من ذي الحجة " الوقوف بمزدلفة "

يذهب الحاجّ بعد غروب شمس يوم التاسع إلى مزدلفة، ومن السنة أن يصلي بها المغرب والعشاء والفجر، ثم يمكث فيها للدعاء والذكر إلى قرب طلوع الشمس من يوم العاشر.

ويحصل المبيت بالمكوث مدة في المزدلفة بقدر حطِّ الرِّحال وصلاة المغرب والعشاء أو بالتواجد بها لما بعد منتصف الليل، فمن أراد أن ينصرف بعد منتصف الليل لرمي جمرات العقبة فله ذلك لا سيما الضعفاء الذين لا يستطيعون المزاحمة.

فإذا دفع من مزدلفة بعد منتصف الليل فله أن يذهب لرمي جمرة العقبة، وكذلك له أن يذهب إلى مكة ليطوف ويسعى، ولو قبل الفجر إذا كان بعد منتصف الليل.

ومذهب الشافعية والحنابلة أن أول وقت جواز الطواف: هو بعد منتصف ليلة النحر، واتفق الحنفية والمالكية على أن أول وقت طواف الإفاضة: هو طلوع الفجر الثاني يوم النحر، فلا يصح قبله.

#fatwadarlifta #haji #muzalifah #rukunhaji #ibadahhaji #fiqihhaji

Apakah ada aspek lain dari ibadah haji yang ingin Anda diskusikan lebih lanjut berdasarkan fatwa Darl Ifta Mesir?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update