Makkah, nama yang bergetar di hati setiap Muslim, bukan sekadar kota, melainkan pusat peradaban, kiblat abadi, dan tempat di mana jutaan jiwa menemukan kedamaian. Mari kita selami lebih dalam keajaiban dan sejarah kota suci ini.
Dalil Al-Qur'an tentang Makkah
Kemuliaan Makkah telah diabadikan dalam berbagai ayat suci Al-Qur'an, menunjukkan posisinya yang istimewa di sisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 96:
اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ
Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
Ayat ini menegaskan status Ka'bah di Makkah sebagai rumah ibadah pertama yang didirikan untuk umat manusia, penuh berkah dan menjadi petunjuk universal.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 144, Allah SWT berfirman:
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah di Makkah). Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa yang demikian itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
Ayat ini adalah perintah langsung Allah kepada Rasulullah SAW untuk memalingkan wajah ke arah Masjidil Haram sebagai kiblat shalat, yang kemudian diikuti oleh seluruh umat Islam di dunia.
Makkah juga disebut sebagai kota yang aman dalam firman Allah surat At-Tin ayat 3:
وَّهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ
dan demi negeri (Makkah) yang aman ini.
Serta dalam surat Al-Balad ayat 1:
لَآ اُقْسِمُ بِهٰذَا الْبَلَدِۙ
Aku bersumpah demi negeri ini (Makkah),
Ayat-ayat ini menunjukkan keagungan dan keberkahan kota Makkah, tempat kelahiran Rasulullah SAW, dan menjadi tujuan utama ibadah haji.
Dalil Hadits tentang Keutamaan Makkah
Beberapa hadits Nabi Muhammad SAW juga menguraikan keutamaan kota Makkah:
Rasulullah SAW bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَّةَ : مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ ، وَلَوْلا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Makkah: "Alangkah baiknya engkau sebagai negeri dan alangkah aku mencintaimu. Sekiranya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan tinggal di negeri lain selain dirimu." (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan betapa besar kecintaan Rasulullah SAW terhadap Makkah, kota kelahirannya.
Mengenai pelipatgandaan pahala shalat di Masjidil Haram, Rasulullah SAW bersabda:
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ، وَصَلاَةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama seribu kali lipat daripada shalat di masjid selainnya, kecuali Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil Haram lebih utama seratus ribu kali lipat daripada shalat di masjid selainnya. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, disahihkan oleh Al-Albani)
Hadits ini dengan jelas menyebutkan keutamaan luar biasa shalat di Masjidil Haram.
Perbedaan Ulama tentang Keutamaan Shalat di Makkah
Mengenai batasan "Masjidil Haram" dalam hadits yang disebutkan di atas, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Apakah pelipatgandaan pahala 100.000 kali lipat itu hanya berlaku di dalam bangunan Masjidil Haram itu sendiri (sekitar Ka'bah) ataukah mencakup seluruh wilayah Tanah Haram Makkah?
Imam Syafi'i dalam kitabnya Al-Umm (Jilid 2, Bab Manasik Haji, Halaman 206, Bab Keutamaan Shalat di Makkah) cenderung berpendapat bahwa keutamaan pelipatgandaan pahala shalat, dan juga semua jenis ibadah, berlaku di seluruh wilayah Kota Makkah (Tanah Haram).
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Idhah fi Manasikil Hajji wal Umrah juga memiliki pandangan serupa, yaitu pelipatgandaan pahala shalat di Kota Makkah, demikian juga dengan semua jenis ibadah. Beliau berkata:
اَلرَّابِعَ عَشَرَ: تَضْعِيفُ الأَجْرِ في الصلَوَاتِ بِمَكَّةَ وَكَذَا سَائِرُ أَنْوَاعِ الطَّاعَاتِ
"Keempat belas: pelipatgandaan pahala shalat di Kota Makkah. Demikian juga dengan semua jenis ibadah."
Pendapat ini didukung oleh beberapa ulama, di antaranya Mujahid dan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Hasan Al-Bashri juga mengatakan bahwa puasa sehari di Makkah dilipatgandakan 100.000 kali, sedekah satu dirham dikalikan 100.000, dan setiap kebaikan diganjar 100.000 kali. Oleh karena itu, beliau menganjurkan untuk memperbanyak shalat, puasa, sedekah, membaca Al-Qur'an, dan semua jenis ibadah di Makkah.
Namun, ada juga ulama yang berpendapat bahwa pelipatgandaan pahala hanya berlaku di dalam area Masjidil Haram yang sebenarnya, yaitu area di sekitar Ka'bah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, misalnya, berpandangan bahwa pelipatgandaan pahala 100.000 kali hanya khusus di Masjidil Haram (area Ka'bah), bukan di masjid-masjid lain di kota Makkah. Beliau berargumen bahwa sebutan "Masjidil Haram" secara mutlak merujuk pada bangunan masjid itu sendiri.
Meskipun ada perbedaan pendapat, yang jelas adalah keutamaan shalat di Masjidil Haram sangat besar. Bagi umat Islam yang tidak dapat shalat di dalam kompleks Masjidil Haram karena alasan tertentu (misalnya, lansia atau disabilitas yang kesulitan berdesakan), shalat di masjid-masjid atau hotel di sekitar Makkah tetap mendapatkan pahala yang besar, meskipun mungkin tidak mencapai kelipatan 100.000 kali seperti yang khusus untuk Masjidil Haram itu sendiri, menurut sebagian ulama. Namun, niat dan usaha untuk berada di Tanah Haram Makkah itu sendiri sudah merupakan keutamaan yang luar biasa.
Sejarah Pembangunan Ka'bah dan Masjidil Haram
Sejarah Ka'bah dan Masjidil Haram adalah sejarah yang sangat panjang, berakar pada zaman para nabi terdahulu.
* Pembangunan Pertama oleh Nabi Adam AS (Riwayat)
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Ka'bah pertama kali dibangun oleh Nabi Adam AS sebagai tempat ibadah di bumi. Setelah turun dari surga, Nabi Adam merasa kesepian dan kehilangan kebiasaan spiritual mengelilingi Arsy. Allah kemudian memerintahkan pembangunan sebuah tempat serupa di bumi.
* Pembangunan Ulang oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS
Al-Qur'an secara eksplisit menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Nabi Ismail AS, diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggikan pondasi Ka'bah.
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 127)
Pembangunan ini menjadi tonggak sejarah penting Ka'bah sebagai pusat ibadah tauhid.
* Periode Jahiliyah dan Pemeliharaan oleh Kaum Quraisy
Sebelum kedatangan Islam, Ka'bah telah dihormati oleh berbagai suku Arab, meskipun mereka menempatkan berhala-berhala di sekitarnya. Kaum Quraisy bertanggung jawab atas pemeliharaan Ka'bah. Salah satu renovasi besar dilakukan oleh kaum Quraisy beberapa tahun sebelum kenabian Muhammad SAW, ketika Ka'bah rusak akibat banjir. Nabi Muhammad SAW, yang saat itu masih muda, turut serta dalam renovasi ini dan menjadi penengah perselisihan tentang peletakan Hajar Aswad.
* Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
Setelah penaklukan Makkah, Rasulullah SAW membersihkan Ka'bah dari berhala-berhala. Pada masa Khulafaur Rasyidin, Masjidil Haram mengalami perluasan dan perbaikan sesuai dengan kebutuhan umat Islam yang terus bertambah.
* Perluasan di Masa Dinasti Islam
Selama berabad-abad, dinasti-dinasti Islam seperti Bani Umayyah, Abbasiyah, Mamluk, dan Utsmaniyah terus melakukan perluasan dan renovasi Masjidil Haram untuk menampung jamaah haji dan umrah yang semakin banyak. Mereka membangun menara, memperluas area thawaf, dan meningkatkan fasilitas.
* Perluasan Modern oleh Kerajaan Arab Saudi
Pada era modern, Kerajaan Arab Saudi telah melakukan perluasan besar-besaran terhadap Masjidil Haram, menjadikannya salah satu kompleks masjid terbesar di dunia. Perluasan ini mencakup penambahan area shalat, fasilitas sanitasi, dan infrastruktur pendukung untuk kenyamanan jutaan jamaah.
Kesimpulan
Makkah adalah kota yang diberkahi, jantung spiritual umat Islam, dan tujuan dari setiap jiwa yang merindukan kedekatan dengan Sang Pencipta. Dari dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits, jelaslah bahwa Makkah memiliki keutamaan yang tiada tara, terutama Masjidil Haram di dalamnya. Meskipun ada perbedaan pandangan ulama tentang batasan pelipatgandaan pahala di Makkah, esensinya adalah keberkahan yang meliputi seluruh Tanah Haram. Sejarah panjang pembangunan Ka'bah dan Masjidil Haram mencerminkan kontinuitas ibadah dan peran sentral Makkah dalam peradaban Islam. Setiap langkah, setiap shalat, dan setiap doa di Tanah Suci ini membawa keberkahan dan pahala yang luar biasa bagi umat Muslim.
Referensi
* Al-Qur'anul Karim
* Shahih Al-Bukhari
* Shahih Muslim
* Sunan At-Tirmidzi
* Sunan Ibnu Majah
* Musnad Imam Ahmad
* Al-Umm, Imam Syafi'i
* Al-Idhah fi Manasikil Hajji wal Umrah, Imam An-Nawawi
* Sejarah Makkah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani
* Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (islamancient.com, muslim.or.id)
* NU Online (artikel keutamaan shalat di Makkah)
Tag
#Makkah #Ka'bah #MasjidilHaram #SejarahIslam #KotaSuci #Haji #Umrah #KeutamaanMakkah #DalilAlquran #Hadits #Fikih #ImamSyafii

Tidak ada komentar:
Posting Komentar